Rabu, 14 Oktober 2020

DOWNLOAD CONTOH PTS KEPALA SEKOLAH SD LENGKAP DOC

 DOWNLOAD CONTOH PTS KEPALA SEKOLAH SDTERBARU  LENGKAP DOC-Pembangunan yang sedang berlangsung di negara kita mencakup berbagai bidang kehidupan. Salah satu bidang pembangunan yang memegang peranan penting bagi terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas adalah pembangunan dibidang pendidikan. Hal ini harus menjadi prioritas utama mengingat bahwa sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset bangsa yang dapat merubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik.contoh pts kepala sd terbaru doc


Pembangunan dalam bidang pendidikan menuntut adanya pembaharuan sistem pendidikan nasional yang dilakukan untuk memperbaiki visi, misi dan strategi pembangunan nasional sehingga sistem pendidikan nasional mampu menjadi pranata sosial yang kuat untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:
Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan nasional, dimana pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.

Dengan adanya pembaharuan sistem pendidikan nasional diharapkan mutu pendidikan Indonesia dapat terus meningkat dan mampu mengangkat peringkat mutu pendidikan Indonesia yang semakin mero sot dan hampir menempati urutan paling bawah di mata Internasional. Yunita, dalam (www.scientiarum.com.2007.hotmal 12 februari 2008:4) menyatakan bahwa berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNDP pada Human Development Report, 2005 ternyata Indonesia menduduki peringkat 110 dari 177 negara di dunia. Peringkat tersebut justru sebenarnya semakin menurun dari tahun-tahun sebelumnya, di mana pada tahun 1997 Human Development Indeks (HDI) Indonesia berada pada peringkat 99, lalu menjadi peringkat 102 pada tahun 2002, dan kemudian merosot kembali menjadi peringkat 111 pada tahun 2004. 

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini  diberi judul “IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA SDN........TAHUN PELAJARAN 20../20..". Disini akan di bahas lengkap.

PTS ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)  lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTS dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTS 011).

A.CONTOH PTS KEPALA SD BERPRESTASI TERBARU

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dengan adanya pembaharuan sistem pendidikan nasional diharapkan mutu pendidikan Indonesia dapat terus meningkat dan mampu mengangkat peringkat mutu pendidikan Indonesia yang semakin mero sot dan hampir menempati urutan paling bawah di mata Internasional. Yunita, dalam (www.scientiarum.com.2007.hotmal 12 februari 2008:4) menyatakan bahwa berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNDP pada Human Development Report, 2005 ternyata Indonesia menduduki peringkat 110 dari 177 negara di dunia. Peringkat tersebut justru sebenarnya semakin menurun dari tahun-tahun sebelumnya, di mana pada tahun 1997 Human Development Indeks (HDI) Indonesia berada pada peringkat 99, lalu menjadi peringkat 102 pada tahun 2002, dan kemudian merosot kembali menjadi peringkat 111 pada tahun 2004. Hal ini menunjukan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia memiliki daya saing yang rendah, sehingga perlu adanya perhatian yang seksama dari berbagai bidang untuk dapat mewujudkan pembangunan sumber daya manusia seutuhnya.

Dalam hal ini bidang pendidikan sangat berperan penting untuk dapat memaksimalkan usaha-usaha peningkatan sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan ini tentu saja dibutuhkan dukungan dari komponen-komponen yang menunjang pendidikan tersebut, seperti kesiapan siswa dalam pembelajaran, infrastruktur yang menunjang, iklim dan suasana belajar yang kondusif, dan yang tak kalah pentinya adalah guru yang profesional dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas.contoh pts kepala sd terbaru doc

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang keguruan. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru lebih lanjut tertera dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang termuat dalam Bab IV Pasal 10 ayat (1), yang menyatakan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Undang-Undang di atas menjelaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik. Kompetensi ini merupakan Kompetensi yang mencerminkan kemampuan mengajar seorang guru. Hal ini diperkuat oleh Yamin, dalam (www.pmptk.net 12 Februari 2008:12) melaporkan bahwa dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (PP) RI Tentang Guru pada tahun 2007, dalam Bab II pasal 3 ayat 4 yang menyatakan bahwa:

Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang¬kurangnya meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b. pemahaman terhadap peserta didik;
c. pengembangan kurikulum/silabus;
d. perancangan pembelajaran;
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f.  pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g. evaluasi hasil belajar; dan
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengajar dengan baik maka guru harus menguasai teori dan praktek pedagogik dengan baik, seperti memahami karakter peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, karena hal inilah yang dapat membuat guru menjadi terampil didalam melaksanakan tugas dalam mengajar sehari-hari.

Namun pada kenyataan di lapangan, guru masih jauh dari apa yang diharapkan, terkadang guru mengajar seadanya, tidak menyiapkan materi pelajaran dengan baik. Hal ini seperti yang di ungkap oleh Mulyasa (2005:19-32) yang menyatakan ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru khususnya dalam proses belajar mengajar yaitu antara lain:

1) Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran (Tidak membuat persiapan tertulis dalam mengajar), 2) Menunggu siswa berperilaku negatif (Guru tidak memberikan perhatian dan penghargaan yang pantas kepada siswa yang berperilaku baik, sehingga siswa memiliki kesimpulan kalau ingin mendapat perhatian dari guru harus berperilaku yang negatif), 3) Menggunakan Destructif Disiplin (Guru menggunakan disiplin yang dapat merusak perkembangan siswa), 4)Mengabaikan perbedaan siswa, 5) Merasa paling pandai, 6) Tidak adil (Diskriminatif), 7) Memaksa hak peserta didik.

Dari hasil kajian di atas dapat terlihat bahwa kemampuan profesional guru di Indonesia masih belum memadai dan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan profesional guru adalah buruknya keterampilan mengajar guru dikelas, padahal dapat dilihat dari pemaparan diatas terlihat bahwa banyak sekali keterampilan yang harus dimiliki oleh guru, dan untuk menguasai keterampilan-keterampilan tersebut guru membutuhkan bimbingan dan pembinaan intensif yang dapat meningkatkan keterampilannya didalam mengajar. Kurangnya bimbingan dan pembinaan terhadap guru dapat menyebabkan guru melakukan kesalahan-kesalahan di dalam mengajar. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru pada saat mengajar disebabkan oleh kurang adanya pembinaan dari kepala sekolah selaku pemegang kekuasaan tertinggi di sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dalam perkembangannya terdapat beberapa peran yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2004:98). “Peran kepala sekolah adalah sebagai Educator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator, dan Motivator, atau disingkat dengan sebutan EMA SLIM “. Peran kepala sekolah sebagai supervisor tentunya diarahkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, karena esensi dari pendidikan adalah adanya proses belajar mengajar. Sahertian dan Mataheru (1992:56) menyatakan bahwa aktivitas kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan, khususnya yang diarahkan kepada kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai berikut:pts kepala sd terbaru

1. Menilai hasil pendidikan mengingat sasaran-sasaran pendidikan yang telah disetujui 
a.    Penentuan dan analisis tujuan-tujuan dengan kritis secara kooperatif
b. Analisis data untuk menemukan kekuatan dan kelemahan hasil pendidikan
c. Seleksi dan penetapan cara-cara penilaian
2. Mempelajari situasi belajar-mengajar untuk menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasi murid.
a. Mempelajari pedoman mengajarkan bidang-bidang studi dan kurikulum dalam pelaksanaan
b. Mempelajari alat pengajaran, perlengkapan dan lingkungan sosial fisik
c. Faktor-faktor yang terdapat pada siswa seperti kesanggupan, minat, motivasi, kebiasaan belajar dan perkembangan intelektual.
3. Memperbaiki situasi belajar-mengajar
a. Memperbaiki pedoman mengajarkan bidang studi dan mengembangkan bahan instruksional, termasuk menyususn kerangka mata pelajaran, buku pelengkap dan buku cetak lain
b. Memperbaiki alat pengajaran, perlengkapan dan lingkungan sosial fisik
c. Memperbaiki performa guru dengan penggunaan teknik supervisi yang sesuai
d. Memperbaiki faktor-faktor yang terdapat pada siswa yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasi
4. Menilai sasaran, metode dan hasil supervisi pendidikan.
a. Memilih dan menerapkan teknik-teknik evaluasi yang cocok
b. Menilai hasil program supervisi tertentu
c. Menilai dan memperbaiki perbuatan guru

Semua kegiatan yang disebutkan diatas merupakan kegiatan dari seorang kepala sekolah sebagai supervisor yang langsung bersentuhan dengan kegiatan mengajar guru di dalam kelas, mulai dari tahap penetapan tujuan atau sasaran pengajaran sampai kepada evaluasi terhadap tujuan. Konsep supervisi lebih menekankan kepada hubungan keselarasan yang dilandasi oleh pelayanan, kerjasama, dan lebih bersifat demokratis. Supervisi lebih fokus dilakukan untuk mengembangkan keterampilan guru dalam proses belajar-mengajar. Namun pada kenyataannya terdapat penyimpangan kegiatan supervisi di lapangan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (1988:157), bahwa penyimpangan tersebut diantaranya adalah:

1) Supervisi dilakukan sebagai pekerjaan menginspeksi atau mengadakan penilaian semata-mata, sehingga seringkali mereka itu tidak disukai oleh personil-personil yang disupervisi, 2) Kegiatan supervisi dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu, sehingga mereka yang disupervisi merasa”kena jebak”, 3) Tidak jarang terjadi supervisor tetap “menjaga jarak” dengan guru-guru yang disupervisi, sehingga jalinan kekeluargaan menjadi tidak tampak, 4) Prakarsa supervisi datang dari supervisor, menentukan sasaran dan waktu sendiri untuk berkunjung, sangat jarang sekali datang dari yang disupervisi, 5) Sasaran supervisi masih terlalu umum sehingga hasilnya belum operasional, dan 6) Supervisi dilakukan tanpa memberikan umpan balik, kalaupun ada umpan balik tersebut kurang memadai.

Permasalahan yang disebutkan diatas mengakibatkan supervisi tidak berjalan dengan optimal, dimana hal ini akan berdampak kepada kinerja guru. Dengan karakter supervisi seperti diatas, guru akan merasa diadili dengan mencari kesalahan-kesalahannya di dalam pembelajaran. Untuk mengatasi masalah ini kepala sekolah dapat menerapkan supervisi pendidikan yang sekarang tengah berkembang, yaitu supervisi klinis, dimana supervisi ini difokuskan untuk meningkatan kualitas mengajar melalui siklus yang sistematis. Hal ini diperkuat oleh Richard Waller (Purwanto, 1992: 90) yang menjelaskan bahwa:

Clinical Supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intellectual analysis of actual teacing performances in the interest of rasional modification.
Dari pemaparan diatas, maka dapat diartikan bahwa Supervisi Klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis, dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. download pts kepala sd lengkap

Dengan implementasi supervisi klinis, kepala sekolah dapat membantu guru dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilannya pada saat mengajar di dalam kelas. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sagala (2000:248-249) bahwa “tujuan umum dari supervisi klinis yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar di kelas”. Berdasarkan gambaran permasalahan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan permaslahan tersebut dengan judul “Kontribusi Implementasi Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar pada SDN .........”.

B. Rumusan Masalah
Ali (1992:36) menyatakan bahwa: “Rumusan masalah pada hakekatnya merupakan generalisasi deskripsi ruang lingkup masalah penelitian dalam pembatasan dimensi dan variabel yang tercakup di dalamnya”. Dengan demikian rumusan masalah akan dapat membatasi, menspesifikasi, dan memperjelas masalah yang diteliti.
Dari permasalahan-permasalahan yang diungkap pada latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru pada SD Negeri 1 ..........?.
2. Bagaimana keterampilan guru dalam proses belajar mengajar pada SD Negeri 1 Pangkalanbaru?.
3. Seberapa besar kontribusi dari implementasi supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar pada SD Negeri 1 ....?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dilihat dari tujuan penelitian secara umum dan khusus sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik tentang kontribusi implementasi supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam proses belajar-mengajar pada SD Negeri 1..........
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kontribusi implementasi supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah pada SD Negeri 1 .........
b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai keterampilan guru dalam proses belajar mengajar pada SD Negeri 1...........
c. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi implementasi supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar pada SD Negeri .........

D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah kajian keilmuan Administrasi Pendidikan, khususnya dalam hal supervisi klinis.
2. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dalam melakukan supervisi klinis bagi guru-guru pada SD Negeri .........
3. Hasil penelitian ini dapat membuktikan seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan adanya pelaksanaan supervisi klinis ataupun masukan yang berarti bagi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis di sekolah.
4. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi atau masukan kepada guru untuk terus meningkatkan keterampilannya dalam proses belajar mengajar.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi penulis dalam menjawab rasa keingintahuan penulis mengenai kontribusi supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap keterampilan guru dalam proses belajar mengajar pada SD Negeri 1..........
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan titik tolak dalam mengembangkan pemikiran tentang permasalahan yang akan diteliti. Arikunto (1997:58) mengemukakan bahwa : “anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.
Anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Salah satu peranan kepala sekolah adalah sebagai supervisor bagi guru-guru di sekolah yang dipimpinnya.
2. Kepala sekolah dengan perannya sebagai supervisor melakukan bimbingan melalui supervisi klinis.
3. Supervisi klinis merupakan pembinaan yang dilakukan secara sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan sebenarnya.
4. Tujuan dari supervisi klinis oleh kepala sekolah diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
5. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar merupakan suatu kecakapan dan kepandaian guru dalam melakukan teknik-teknik mengajar, dari mulai keterampilan membuka pelajaran sampai dengan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran.
6. Keterampilan guru yang semakin baik dapat memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kualitas peserta didik dan dapat menunjang mutu pendidikan di sekolah.

F. Hipotesis
Arikunto (1998:62) mendefinisikan : “Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan sekurang-kurangnya mengandung dua variabel”. Berdasarkan pendapat diatas, maka hipotesis ini “Terdapat Kontribusi yang Signifikan antara Implementasi Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar pada SD Negeri 1......”.
Untuk lebih memperjelas hipotesis penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:Gambar 1.1
Hipotesis Penelitian
G. Paradigma Penelitian
Pradigma penelitian merupakan alur berfikir atau alur penelitian yang dijadikan pola atau landasan berfikir peneliti dalam mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju (Arikunto 1998:62). Berikut ini merupakan uraian kerangka berfikir dari penelitian ini.

B.CONTOH PTS KEPALA VERSI TERBARU DOC

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Supervisi Klinis
1. Perkembangan Konsep Supervisi Klinis
Pada awalnya supervisi klinis diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, dan Robert Goldhammer dari Universitas Harvard School of Education pada akhir tahun 1950. Ada dua asumsi yang mendasari supervisi klinis yakni : (a) Pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melalui pengamatan dan analisis ini, supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar-mengajar di kelas. (b) Guru-guru yang ingin mengembangkan profesionalismenya lebih menghendaki cara yang kolegikal daripada cara yang autoritarian. Sergiovanni (Bafadal, 1992:90).

Selain kedua asumsi di atas, ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam bimbingan yang dilakukan terhadap calon guru. Pembimbingan secara klinis itu ditandai oleh hubungan tatap muka antara supervisor dan calon guru serta terpusat pada perilaku aktual guru di dalam kelas. Penggunaan kata klinis tidaklah dimaksudkan terbatas pada usaha perbaikan atau remedial terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru/calon guru dalam mengajar. Oleh karena itu Acheson dan Gall (Purwanto,1992:90) mengemukakan penggunaan istilah “supervisi klinis”, karena telah dikenal luas, tetapi pada esensinya lebih tepat dikatakan supervisi yang terpusat pada guru/calon guru.

Ada beberapa faktor yang ikut mendorong perkembangan supervisi klinis, salah satu faktornya adalah supervisi umum. Pada dasarnya supervisi umum dalam prakteknya dilaksanakan seperti evaluasi, sehingga supervisi ini sering tidak disukai, bahkan cenderung ditolak, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Hariwung (1989:221-224) mengemukakan ada beberapa praktik supervisi umum yang banyak tidak disukai oleh para guru, yaitu:

a. Pemberian supervisi umum didasarkan pada kebutuhan/keinginan para supervisor, oleh karena itu guru/calon guru kurang merasakan keuntungannya.
b. Dalam supervisi umum sasaran pengamatan supervisor terlalu umum dan luas, sehingga pemberian umpan balik terlalu sukar dan sering tidak terarah.
c. Pemberian umpan balik sering menjadi pertemuan pengarahan, bahkan instruksi¬instruksi dan tidak melibatkan guru/calon guru dalam menganalisis dirinya serta tidak memberikan cara-cara untuk memperbaiki/mengembangkan dirinya.

Pada praktek di lapangan sering ditemukan pelaksanaan supervisi seperti diuraikan diatas. Tidak mengherankan bila tujuan supervisi sulit dicapai dengan memuaskan, bahkan supervisi ini mungkin menjadi suatu kebutuhan yang tidak disukai. Padahal dari sisi lain, supervisor dibutuhkan oleh guru/calon guru untuk mengontrol dan menganalisis perilaku guru pada waktu mengajar, maupun karena kesulitan dalam melaksanakan fungsi pengamatan, disamping sebagai pelaksana mengajar supaya dapat merefleksi perilakunya pada waktu mengajar.

Dari pemaparan diatas, dapat diketahui bahwasanya supervisi mengalami perkembangan, hal ini dikarenakan adanya kebutuhan guru terhadap supervisi yang lebih demokratis dan lebih mampu membantu guru untuk meningkatkan kemampuan/keterampilan guru dalam proses belajar mengajar. Untuk leibih jelasnya perkembangan dari supervisi umum menjadi supervisi klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini:

2. Pengertian Supervisi Klinis
Pengertian supervisi klinis dapat diartikan dari istilah klinis itu sendiri. “Clinical” artinya berkenaan dengan menangani orang sakit. Sama halnya dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru juga mendapat diagnosis dalam proses belajar mengajar . Diagnosis dilakukan untuk menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik, kemudian aspek-aspek tersebut diperhatikan satu-persatu secara intensif. Supervisi klinis merupakan cara “memberikan obatnya” dilakukan setelah supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar, dengan menggunakan “diskusi balikan” antara supervisor dan guru yang bersangkutan. Diskusi balikan adalah diskusi yang bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan maupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya.

Supervisi klinis termasuk kedalam supervisi pengajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (1987:90) yang menyatakan bahwa “supervisi klinis termasuk kedalam supervisi pengajaran”. Dikatakan klinis karena pro sedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
Acheson dan Gall (Purwanto 1992:90) menjelaskan bahwa:

Clinical Supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intellectual analysis of actual teacing performances in the interest of rasional modification
Pemaparan diatas dapat diartikan bahwa Supervisi Klinis merupakan supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis, dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional

Selain itu Acheson dan Gall (Purwanto 1992:90) mengemukakan bahwa ’Supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal’. Hal ini diperkuat oleh Bolla (Purwanto, 1992:9 1), berpendapat bahwa:
Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, hususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

Berdasarkan dari beberapa uraian para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa supervisi klinis merupakan suatu proses pelayanan bimbingan yang diberikan secara intensif berdasarkan kelemahan yang dihadapi guru kemudian diteliti dan di analisis secara intelektual untuk pengembangan keterampilan guru dalam mengajar, sehingga dapat memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
3. Karakteristik Supervisi Klinis
Supervisor perlu memahami benar ciri-ciri supervisi klinis agar menjadi lebih jelas bagaimana pelaksanaan supervisi klinis itu. Menurut Sulo (Purwanto, 1992:9 1) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Bimbingan yang diberikan oleh supervisor bersifat bantuan bukan perintah
b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru/calon guru dengan terlebih dahulu diadakan kesepakatan melalui pengkajian bersama antara guru/calon guru dengan supervisor.
c. Meskipun keterampilan mengajar dapat dilakukan secara terintegrasi, namun dalam pelaksanannya dapat dilakukan secara terisolasi agar dapat mudah dikontrol dan diobservasi
d. Instrumen observasi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru/calon guru sesuai dengan kontrak yang disetujui kedua belah pihak.
e. Umpan balik kegiatan mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan obyektif (sesuai dengan data yang direkam oleh instrumen observasi)
f. Walaupun supervisor telah menganalisis dan menginterprestasikan data yang direka oleh instrumen observasi, tapi dalam diskusi umpan balik, guru/calon guru terlebih dahulu diminta menganalisis penampilannya.
g. Supervisor lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada memerintahkan/mengarahkan
h. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan bersifat terbuka antara supervisor dan guru/calon guru.
i. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, oibservasi, dan diskusi umpan balik

Menurut Pidarta (1992:250-25 1), Supervisi klinis memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan supervisi yang lain, yaitu sebagai berikut:
a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses belajar mengajar yang spesifik. Misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dalam metode keterampilan pro ses, teknik menangani anak membandel, dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.

d. Hipotesis diatas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak, atau direvisi.
e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.
f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru yang saling mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.
g. Supervisi dilakukan secara kontinu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu-persatu diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja dengan baik.
4. Tujuan dan Sasaran Supervisi Klinis
Adapun tujuan dari supervisi klinis dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum, khusus, dan perhatian utama pada kebutuhan guru.

a.  Tujuan umum dari supervisi klinis yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar di kelas (Sagala, 2000:248-249). Hal ini diperkuat oleh pendapat Acheson dan Gall (Purwanto, 1992:93) yang menyatakan bahwa “Tujuan umum supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru dikelas…”
b. Tujuan khusus dari supervisi klinis menurut Acheson dan Gall (Purwanto, 1992: 93) yaitu:
Tujuan khusus supervisi klinis adalah: 1) menyediakan untuk guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan mengajar mereka yang baru saja mereka jalankan, 2) mendiagnosis dan memecahkan masalah-masalah mengajar, 3) membantu guru-guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar, 4) sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka, dan yang terakhir, 5) adalah untuk membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bolla (1982:8-12) yaitu:pts kepala supervisi klinis 

1) Menyediakan untuk guru balikan yang objektif dari kegiatan mengajar mereka yang baru saja mereka jalankan. 2) Mendiagnosis dan memecahkan atau membantu memecahkan masalah-masalah mengajar. 3) Membantu guru-guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar. 4) Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promo si jabatan atau pekerjaan mereka, dan 5) Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri.6) Perhatian utama pada kebutuhan guru.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwasanya supervisi klinis secara khusus bertujuan untuk memberikan guru balikan yang objektif dari hasil kegiatan mengajar yang mereka lakukan, memecahkan masalah-masalah dalam mengaj ar, sebagai dasar untuk menilai guru, membantu guru untuk mengembangkan diri, serta sebagai perhatian utama bagi kebutuhan guru terhadap pengembangan dan peningkatan keterampilannya.

Untuk lebih jelasnya tujuan dari supervisi klinis ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Hubungan Tujuan Supervisi Klinis, Keterampilan Mengajar Guru,
dan Kesadaran Diri (J.I Bolla, 1982:12)
5. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
Dalam pelaksanaan supervisi klinis, ada beberapa prinsip yang dijadikan patokan dalam pelaksanannya. Acheson dan Gall (Purwanto 1992:94) mengemukakan beberapa prinsip umum dan penyerta. Adapun prinsip umum dan penyerta tersebut antara lain:

a. Supervisi klinis terpusat pada guru/calon guru ketimbang supervisor
b. Hubungan guru/calon guru dengan supervisor lebih interaktif daripada direktif
c. Demokratif ketimbang otoritatif
d. Sasaran supervisi terpusat pada aspirasi guru /calon guru
e. Umpan balik dari proses belajar mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan hasil peninjauan/penilaiannya harus sesuai dengan persetujuan bersama
f. Supervisi yang diberikan bersifat bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional
g. Pusat perhatian pada waktu berlangsungnya supervisi dalam kegiatan belajar mengajar tertentu hanya pada beberapa keterampilan mengajar saja. Prinsip ini menekankan bahwa meskipun keterampilan mengajar itu dapat dilakukan secara integratif, tetapi untuk peningkatan keterampilan tertentu dapat dilakukan secara terisolasi agar mudah dikontrol dan diawasi.

6. Pendekatan Supervisi Klinis
Supervisi klinis dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara langsung dan pendekatan secara tidak langsung.
a. Pendekatan secara langsung (direct contact)
Supervisi klinis dapat dilakukan secara langsung apabila pembina (pimpinan, pengelola, pengawas, ataupun supervisor, dsb) melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program dalam hal ini guru. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, rapat-rapat, tanya jawab, kunjungan kelas, kunjungan rumah dan sebagainya.
Supervisi klinis yang dilakukan dengan pendeatan langsung ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui penyimpangan, masalah atau hambatan yang terjadi, serta untuk menemukan alternatif upaya memperbaiki kegiatan dan memecahkan maslah atau mengatasai hambatan yang muncul.

b. Pendekatan secara tidak langsung (indirect contact)pts kepala supervisi klinis 
Supervisi klinis yang dilakukan dengan cara pendekatan tidak langsung apabila pembina (pimpinan, pengelola, pengawas, supervisor, dsb) melakukan pembinaan kepada pihak yang dibina dalam hal ini guru melalui mekanisme pembinaan berstruktur.
Supervisi klinis yang dilakukan secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui komunikasi tertulis seperti komunikasi lisan yang disimpulkan bahwa pembinaan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan menganalisis laporan, menemukan masalah dan alternatif pemecahannya, serta memberikan umpan balik kepada guru dengan media lisan melalui struktur organisasi yang ada.

7. Prosedur Supervisi Klinis
Prosedur supervisi klinis meliputi beberapa tahap. Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut:
Gambar 2.2
Siklus Supervisi Klinis (Sukirman, 1998:89-90)
Menurut Sukirman (1998:89-90) Supervisi Klinis meliputi beberapa siklus, yaitu; Pra Observasi, Observasi Kelas, Analisis Hasil Observasi, dan Pembicaraan Hasil Observasi.


C.DOWNLOAD LENGKAP PTS KEPALA SD TERBARU

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Definisi Operasional
Definisi operasional dilakukan untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran pembaca terhadap penelitian ini, oleh karena itu perlu dijelaskan beberapa istilah sehingga terdapat keseragaman landasan berpikir antara peneliti dengan pembaca berkaitan dengan judul penelitian yaitu Kontribusi Implementasi Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar pada SD Negeri 1 ...........

1. Kontribusi
Kontribusi adalah sumbangan yang ada atau timbul dari sesuatu (manusia, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang (Balai Pustaka, 1984:664).
Kontribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumbangan atau daya dukung pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar pada SD Negeri 1........
2. Implementasi Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah
a. Implementasi
Implementasi merupakan kata serapan dari bahasa inggris, yaitu implementation yang berarti pelaksanaan, dimana pelaksanaan mempunyai makna proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb). (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, ini adalah implementasi sekolah pada 2002:627).

b. Supervisi Klinis
Menurut Bolla (1982 :4) menyatakan bahwa:
Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
Supervisi klinis dalam penelitian ini adalah suatu bimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru secara sengaja yang dimulai dari penerapan prinsip supervisi klinis, prosedur supervisi klinis, dan teknik supervisi klinis yang dianalisis secara cermat untuk mendapatkan perubahan perilaku mengajar yang diharapkan.
c. Kepala Sekolah
Ametembun (1981:5) mengemukakan bahwa:
Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab mengepalai lembaga pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang diserahi tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk memimpin dan menyelenggarakan suatu sekolah”.
Kepala sekolah dalam penelitian ini adalah orang yang di serahi tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk memimpin SDN 1 ...........

3. Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
a. Keterampilan
Keterampilan (skill) dapat diartkan suatu kecakapan, kepandaian, dan memiliki keahlian didalam melakukan teknik-teknik tertentu (Balai Pustaka, 1984:664).
Keterampilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan teknis yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar pada kegiatan sehari-hari di dalam kelas pada SD Negeri 1 .........
b. Guru
Pengertian guru menurut Nawawi (1992:123) adalah:
Dalam arti sempit guru adalah orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran disekolah atau di kelas. Secara lebih luas guru berarti orang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dan membantu anak-anak mencapai kedewasaannya.
Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para guru yang berada pada SD Negeri 1 ......

c. Proses Belajar Mengajar.
Menurut Makmun (2000:156) “Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya”.
Hal senada dikemukakan oleh Uzer Usman (2002:4) yang menyatakan bahwa “Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.

Proses belajar mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar yang terjadi pada SD Negeri 1 .......
d. Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Menururt Bolla (1982:12) keterampilan guru dalam proses belajar mengajar meliputi beberapa hal yaitu:
1) Memberi penguatan, 2) bertanya dasar dan lanjutan, 3) mengadakan variasi dalam teknik mengajar dan menggunakan stimulus, 4) Menjelaskan, 5) Mengelola kelas dan mengatur disiplin kelas, 6) Mengajar kelompok kecil, 7)Memimpin diskusi kelompok kecil, 8) Mengajar atas dasar perbedaan individu, 9)Mengajar melalui penemuan siswa, 10) Mengembangkan kreativitas siswa, 11) Membuka dan menutup pelajaran.

Yang dimaksud keterampilan guru dalam proses belajar mengajar dalam penelitian ini adalah keterampilan guru secara teknis di dalam kesehariannya melakukan proses belajar mengajar pada SD Negeri 1 Pangkalanbaru Adapun keterampilan guru dalam proses belajar mengajar ini meliputi keterampilan dalam membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan menggunakan media pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Tahap persiapan ini diawali dengan melakukan studi pendahuluan ke lapangan untuk memperoleh berbagai informasi dan untuk mengetahui keadaan di lapangan, yang berhubungan dengan keadaan populasi, data yang menunjang penelitian sebagai latar belakang, dan penyampaian maksud dari penelitian ini kepada pihak lapangan. Setelah mengumpulkan semua data yang diperlukan, tahap selanjutnya adalah mengurus berbagai perizinan.

2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melalui uji validitas dan reliabilitas instrumen pengumpul data dari sampel uji coba dan telah diketahui hasilnya, maka tahap selanjutnya ialah penyebaran instrumen penelitian (angket) yang telah diperbaiki kepada sampel penelitian yang dijadikan subjek yang sebenarnya. Penyebaran instrumen ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang sebenarnya digunakan dalam penelitian, untuk kemudian dianalisis, dan diolah sesuai dengan prosedur dan teknik pengolahan data yang berlaku, sehingga diperoleh hasil untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan.

C. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan cara-cara yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Metode penelitian yang digunakan harus memiliki kesesuaian dengan permasalahan yang dimunculkan. Hal ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Metode penelitian adalah suatu cara yang merupakan serangkaian proses yang harus ditempuh sebagai upaya mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis data serta menginterpretasikan data. Menurut Iqbal Hasan (2002:13 1) “ Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (methods = tata cara)”.

Hal senada dikemukakan oleh Surachmad (1985:231) sebagai berikut:
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang ditunjang oleh studi kepustakaan untuk mendukung serta mempertajam pemecahan masalah. 
1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian dengan maksud untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang terjadi pada masa sekarang. Metode deskriptif yaitu suatu metode yang memfokuskan penelitiannya kepada masalah aktual yang terjadi saat ini, yang dapat memberikan pemahaman yang berarti sehingga menimbulkan pemikiran-pemikiran yang kritis.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surachmad (1985:139), yaitu:
Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis data san interpretasi tentang arti data.
Penelitian dengan menggunakan metode desktiptif dilakukan jika peneliti ingin menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena yang ada atau berlaku sekarang ini. Fenomena tersebut mencakup baik studi tentang fenomena sebagaimana adanya maupun pengkajian hubungan-hubungan antara berbagai variabel dalam fenomena yang diteliti.

Metode deskriptif dalam penelitian ini sesuai untuk digunakan karena masalah yang diambil terpusat pada masalah aktual dan penelitian dilaksanakan melalui pro sedur pengumpulan data, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Mengenai metode deskriptif ini lebih jelasnya Ali (1987:120) mengemukakan sebagai berikut:
Metode penelitian desktiptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi masa sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah pengumpulan data, klasifikasi, analisis data, mengolah data, membuat kesimpulan dan laporan; dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara mengukur indikator-indikator variabel yang ada dalam penelitian. Melalui pendekatan ini dapat diperoleh gambaran umum, mengumpulkan data, kesimpulan masalah penelitian serta diketahui tingkat keterhubungannya melalui teknik perhitungan statistik.
2. Metode Bibliografis/ Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan digunakan untuk membantu pemecahan masalah serta menunjang dan mempertajam orientasi dasar teoritis tentang permasalahan yang sedang diteliti. Studi kepustakaan ini dilakukan melalui pengkajian terhadap sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, majalah, laporan penelitian, surat keputusan, jurnal pendidikan, dsb.
Studi kepustakaan yaitu teknik untuk mengumpulkan data teoritis yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti melalui sumber bacaan yang menunjang terhadap penelitian ini. Melalui studi ini penulis memperoleh tambahan ilmu dan pengetahuan yang bisa dijadikan kerangka berfikir dalam mengkaji, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diteliti.pts kepala sd lengkap

Sebagaimana dikemukakan oleh Surachmad (1985:61) bahwa:
Penyelidikan bibliografis tidak dapat diabaikan, sebab disinilah penyelidikan berusaha menemukan berbagai keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dengan masalahnya, yakni teori yang dipahaminya, pendapat para ahli mengenai aspek-aspek itu, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para ahli.pts kepala sd lengkap
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian berbentuk benda-benda, manusia, ataupun peristiwa yang terjadi sebagai objek atau sasaran penelitian. Populasi menurut Sugiyono (2004:90) adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Hal ini diperkuat oleh pendapat Iqbal Hasan (2002:58) yang mengemukakan bahwa “Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SD Negeri 1 .......
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi. Nasution (1982: 99) mengemukakan bahwa “Sampel adalah yang mewakili keseluruhan populasi. Agar data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat berlaku secara umum bagi keseluruhan populasi, maka perlu cara cara yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pengambilan sampel dari populasi itu representatif.
Hal tersebut berdasarkan pendapat Ali (1987:55) yang menyatakan bahwa:
.. .Dalam mengambil sampel dari populasi memerlukan suatu teknik tersendiri, sehingga sampel yang diperoleh dapat representative atau mewakili populasi, dan kesimpulan yang dibuat dapat diharapkan tepat/sah (valid) dan dapat dipercaya (signifikan).

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang diperoleh dengan cara-cara tertentu. Sumber data yang diperoleh dari sampel tersebut diharapkan dapat berlaku secara umum bagi keseluruhan populasi. Untuk itu jumlah sampel ditentukan sebagian dari populasi.pts kepala sd lengkap

Penelitian ini menggunakan teknik “Simple Random Sampling” artinya cara penarikan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak/random tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi tersebut dan dilakukan karena anggota populasinya homogen (Sugiyono, 1999:59).

D.JUDUL PTS KEPALA SD LENGKAP DOC

DAFTAR PUSTAKA


Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Ali, M. (1987). Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Ametembun, NA. (1981). Supervisi Pendidikan. Penuntun bagi para penilik pengawas kepala sekolah dan guru-guru. Bandung:FIP IKIP.
Arikunto, S. (1998). Manajemen Penelitiani. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
. (1988). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2004). Dasar-Dasar Supervisi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Bafadal, I. (1992). Supervisi Pengajaran: Teori Dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Bolla J.I. (1982). Supervisi Klinis. Tim pengembangan program pengalaman lapangan proyek pengembangan penelitian guru departemen pendidikan dan kebudayaan.
Hariwung, A.J. (1989). Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Haryanto, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogya.
Hasibuan, J. (1994). Proses Belajar Mengajar: Keterampilan Dasar Mengajar Mikro. Bandung: Remaja Rosdakarya
Makmun, A.S. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepla Sekolah Profesional dalam konteks menyukseskan MBS. Bandung:Remaja Rosda Karya.
. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nazir, M. (1999). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. Pidarta, M. (1997). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya.
Purwanto, N. (1992). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Pusat Bahasa Depdiknas.(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Puspita, S. (2008). Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. [Online]. Tersedia: http://www.pmptk.net/index. . [12 Februari 2008]
Rifai, M. (1982). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sagala, S. (2000).Administrasi Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P. A. dan Mataheru, F. (1992). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudjana, N. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan: Bandung. Sinar Baru Algensindo. . (2002) Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukirman, dkk. (1998). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogya.
Sugiyono. (2004). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Bandung: Mutiara Ilmu.
Sumantri, M dan Permana, J. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Primary School Teacher Development Project).
Surachmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan:Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Suwarna, dkk. (2005). Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik Profesional. Jogja: Tiara Wacana.
Syafaruddin dan Irwan, N. (2005). Mananjemen Pembelajaran. Medan: Kuantum Teaching.
Tim Dosen MKDK. (2005). Pengelolaan Pendidikan. Jurusan. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI Bandung.
Tim Penyusun. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi). Depdiknas UPI.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Terimakasih atas kunjungan anda yang telah membaca postingan saya “IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA SDN........TAHUN PELAJARAN 20../20..".