Sabtu, 02 Mei 2020

CONTOH PTK IPS KELAS VIII SMP TERBARU DOC

CONTOH PTK IPS KELAS VIII SMP TERBARU DOC-Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaa, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.A SMP Negeri ............tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Instrumen yang digunakan berupa tes dan nontes. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: ketuntasan belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai minimal 65 mencapai 100% melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Dari hasil penelitian dari siklus pertama ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebanyak 71,7 % dan siklus kedua sebanyak 100 %.PTK IPS SMP Terbaru doc
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi permintaan dan penawaran dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur. Siswa berharap agar model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dapat digunakan pada materi IPS pada konsep berikutnya.
Kata Kunci:
Penelitian Tindakan Kelas, Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel IPS SMP yang diberi judul “.PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA SMP NEGERI 2 .....TAHUN 20../20..”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK IPS KELAS VIII SMP lengkap dalam bentuk word dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 081-7283-4988  dengan Format PESAN JUDUL PTK 109 SMP ).

1.DOWNLOAD PTK IPS SMP KELAS VIII DOC

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada saat sekarang, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan serta kemajuan ke arah yang lebih baik di bidang pendidikan. Tidak hanya kemajuan teknologi, tapi juga kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam jenjang pendidikan sekolah. Kemajuan teknologi tidak akan bermanfaat jika tidak diiringi oleh majunya tingkat pendidikan suatu bangsa. Agar kita tidak tertinggal jauh oleh lajunya perubahan dan perkembangan zaman di era global ini, maka diperlukan suatu kinerja pendidikan yang bermutu tinggi. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Masalah pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah dan keadaan peserta didik. Proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang berguna serta memiliki pengetahuan luas akan segala hal. Proses pembelajaran akan berjalan dengan sia¬sia, jika tidak di ikuti oleh perubahan dalam sistem dan cara mengajar guru di kelas. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tapi juga guru juga memberikan peranan penting dalam hal ini. Disamping itu diperlukan cara mengajar yang dapat mengaktifkan seluruh siswa, tidak hanya sebagian siswa saja.

“Menurut data UNESCO, yang dikutip oleh Mudjia Rahardjo bahwa peringkat Indonesia di bidang pendidikan semakin menurun, hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh Mudjia Rahardjo bahwa pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada tahun ini cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Karena itu, dengan menurunnya peringkat pendidikan tersebut mudah dipahami jika kualitas manusia Indonesia pada umumnya rendah. Padahal pemerintah telah merumuskan „peningkatan daya saing atau competitiviness sebagai salah satu pilar visi pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah juga telah memperoleh alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN khusus pendidikan. Berbagai kebijakan untuk mendukungnya juga telah dibuat, mulai dari perangkat yuridis, sepertu Undang-Undang Guru dan Dosen, hinggan kebijakan operasional seperti Sertifikasi Guru, PLPG, Program Pendidikan Guru (PPG), Duel Mode, Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Ujian Nasional dan sebagainya. Semua kebijakan tersebut hakikatnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Indeks pembangunan pendidikan di Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei”.

Rendahnya tingkat pendidikan di sekolah akan menimbulkan permasalahan dalam suatu bangsa, diantaranya adalah keadaan suatu bangsa itu tidak terkendalikan dengan baik. Melihat kenyataan tersebut, berarti ada yang harus diperbaiki dalam sumber daya manusia Indonesia. Salah satu yang mempengaruhi rendahnya sumber daya manusia adalah faktor pendidikan. Setiap orang yang ingin berkembang dan maju pasti akan menempuh jenjang pendidikan.
 “Kualitas suatu bangsa tergantung dengan kualitas pendidikan warganya. Standar untuk mengukur daya saing suatu bangsa paling tidak dipengaruhi oleh tiga hal penting; pertama, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa; kedua, kemampuan manajemen suatu bangsa; ketiga, kemampuan sumber daya manusia. Untuk meningkatkan daya saing, penekanannya adalah terhadap peningkatan mutu pendidikan baik dari segi proses maupun produk harus menjadi komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua peserta didik”.

Masalah pendidikan yang sangat kompleks, diantarnya adalah kurang
termotivasinya anak didik untuk belajar. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor salah satunya adalah karena faktor anak didik itu sendiri karena tidak giat belajar dan asik bermain yang didukung oleh banyaknya game online yang lebih menarik bagi mereka dibanding belajar serta dipengaruhi oleh guru itu sendiri. Sehingga, banyak kita temukan rendahnya hasil belajar.
“Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas guru. Guru merupakan orang yang seharusnya ditiru. Guru yang berkualitas akan menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Guru bukan hanya orang yang berdiri mentransfer ilmu pengetahuan di dalam kelas. Guru bukanlah orang yang setiap harinya mengajar di kelas. Namun lebih dari itu, guru merupakan pendidik dan merupakan orang yang pantas menjadi panutan, teladan bagi semua elemen masyarakat. Para guru haruslah bijaksana, mampu menjalankan program kerjanya dan meningkatkan kinerja untuk menjadi guru profesional yang berkarakter baik.”

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari kualitas peserta didik. Jika peserta didik mampu menguasai apa yang mereka pelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan maka dapat dipastikan keberhasilan pembelajaran telah tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari peran serta guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang akan di pelajari.
Guru harus mampu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di kelas. Jika guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif maka akan mengakibatkan suasana belajar menjadi sangat pasif, sehingga semangat belajar siswa akan lemah dan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah.

Pada kenyataannya, dari hasil observasi di kelas yang peneliti lakukan terhadap 43 siswa kelas VIII.A di SMP Negeri ..........pada tanggal 21 april 2015, ternyata masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional seperti ceramah saat mengajar. Padahal sangat banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan, agar siswa tidak merasa bosan dengan kondisi belajar yang bisa dibilang sudah biasa-biasa saja. Selain itu, guru hanya memperhatikan sekelompok anak yang pintar dan kurang memperhatikan anak yang kurang pintar. Hal ini menyebabkan terjadinya diskriminasi di kelas itu sendiri, dan peserta didik merasa di anak tirikan sehingga tidak jarang lagi terjadi situasi belajar yang kurang kondusif di kelas. Sebagian peserta didik sibuk dengan aktivitas mereka masing, mengobrol, main HP dan mengerjakan tugas untuk pelajaran berikutnya.

“Kita tentu bisa menyadari bahwa guru merupakan pihak yang paling banyak berhubungan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Guru yang baik adalah guru yang peka terhadap perkembangan belajar dan prestasi anak didik di sekolah. Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada”.ptk ips smp kelas viii kurikulum 2013

Pembelajaran IPS memiliki cakupan yang kompleks. Hal ini dapat menyulitkan guru untuk menstruktur materi pembelajaran secara cermat berdasarkan tipe isi dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran. Banyak guru yang sembarangan dalam memilih metode pembelajaran IPS. Tak heran banyak ditemukan permasalahan dalam pembelajaran IPS salah satunya adalah siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran IPS yang berdampak pada rendahnya daya serap dan hasil belajar siswa.
“Hal ini disebabkan juga oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hambatan yang muncul dalam diri siswa itu sendiri misalnya kemampuan awal siswa yang rendah. Adapun faktor eksternal adalah yang muncul dari luar diri siswa yaitu lingkungan kelas, kondisi kelas, dan metode mengajar sebagai contoh kegiatan belajar mengajar kurang menarik, pendekatan kurang mengena, jumlah siswa dalam kelas terlalu besar, bobot kurikulum yang terlalu berat, dan lingkungan yang kurang menunjang”.

Selain masalah di atas, permasalahan yang peniliti temukan saat observasi
adalah sistem pembelajaran di SMP Negeri 2 ................ di kelas 8.A cenderung masih bersifat teacher centered, dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu dan hasil belajar siswa di sekolah. Pada pembelajaran sistem teacher center ed ini, suasana kelas cenderung kaku, para siswa pasif dan lambat dalam menyerap konsep yang disampaikan guru. Metode yang digunakan oleh guru hanya menerapkan sistem pembelajaran ceramah, sehingga suasana belajar terasa tidak menyenangkan. Sistem pembelajaran seperti ini sering membuat siswa bosan dan jenuh untuk belajar, karena guru hanya mengajar dengan cara yang monoton.

Selain penerapan sistem pembelajaran yang monoton, guru juga sering menekankan hapalan kepada siswa. Guru menganggap dengan menghapal dapat membuat siswa menyerap pelajaran dengan maksimal. Pada hal sesungguhnya belajar itu bukanlah dengan cara menghapal materi sampai tuntas, karena pelajaran yang sudah dihafal hanya tersimpan dalam memori jangka pendek dan kebanyakan dari hafalan tersebut dapat hilang dalam beberapa hal.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru guna meningkatkan mutu pendidikan melalui meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh kalangan guru-guru kreatif. Salah satu metode yang cukup efektif untuk menunjang keberhasilan belajar siswa adalah metode pembelajaran kooperatif.

Metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada keaktifan siswa di kelas. Dengan metode ini, suasana belajar menjadi lebih bersemangat dan tidak kaku. Siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk bersaing dengan kelompok lain guna menjadi kelompok terbaik. Metode pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Jika siswa sudah termotivasi untuk belajar, maka akan mudah bagi guru untuk mentransfer pelajaran kepada siswa dan siswa pun akan lebih mudah menerima dan menyerap materi-materi pelajaran. Salah satu contoh dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Kepala Bernomor Struktur.ptk ips smp kelas viii kurikulum 2013

“Kepala Bernomor Struktur pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok, dengan ciri khasnya adalah guru memberikan penugasan pada masing-masing siswa berdasarkan nomor yang dimilikinya. Cara ini menjamin keterlibatan otak semua siswa karena Kepala Bernomor Struktur merangsang kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dengan seluruh anggota kelompoknya dan dapat mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan yang diberikan guru”.

Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur, juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama. Melalui teknik Kepala Bernomor Struktur siswa bisa belajar dengan menyenangkan tanpa ada perasaan tertekan dengan konsep yang sedang dipelajari dan siswa juga bisa leluasa untuk mengungkapkan hasil pemikirannya khususnya tugas kelompok yang diberikan guru. Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur dapat membuat siswa dengan mudah menyerap konsep-konsep yang dipelajari, sebab siswa terjun langsung dalam memecahkan masalah dalam belajar.
Selain itu, model pembelajaran ini dapat membuat suasana belajar yang rekreatif, karena pemakaian topi di kepala para siswa membuat mereka senang dalam belajar dan merasa model pembelajaran ini sangat unik lantaran adanya topi.

Berdasarkan hasil observasi pra peneltian dapat ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelas VIII.A dalam belajar dikelas yaitu: Pada saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPS dikelas VIII.A masih ditemukan banyak kendala terutama masalah penggunaan metode pembelajaran yang monoton, ceramah, dan hafalan yang diberikan oleh guru yang belum menunjang semangat siswa untuk belajar. Kondisi demikian membuat siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran dan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
“Menurut teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner menyebutkan bahwa belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, sehingga aktivitas membaca dan mencatat menjadi aktivitas yang sangat penting dalam belajar. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat dan memberikan prioritas yang berurutan dalam bebagai situasi”.ptk ips smp kelas viii kurikulum 2013

Untuk menumbuhkan semangat belajar dalam diri siswa diperlukan suatu
model belajar yang tepat agar siswa terbiasa untuk aktif dan semangat dalam belajar, sehingga bisa mendukung agar hasil belajar siswa bagus. Model pembelajaran yang tepat mengaktifkan seluruh siswa antara lain model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk aktif dan bekerjasama dengan teman-temannya agar bisa memecahkan suatu permasalah yang dihadapi mereka, serta siswa mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran kooperatif ini tidak akan membuat siswa tertekan, karena mereka diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok belajar mereka di kelas.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa SMP Negeri..............................”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran yang monoton. Hal ini dapat diketahui dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, selama peneliti melaksanakan observasi guru tidak terlihat menggunakan model pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini diperkuat oleh data hasil wawancara dengan siswa, data tersebut menunujukan bahwa guru sangat jarang menggunakan model pembelajaran saat proses belajar mengajar di kelas.

2. Masih banyak guru yang menerapkan sistem hapalan. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang peniliti lakukan dengan guru IPS yang mengajar di kelas VIII.A. Dari 3 guru yang peniliti wawancarai, semuanya menerapkan sistem hapalan saat mengajar.

3. Umumnya pembelajaran di kelas masih bersifat teacher centered. Selama peneliti melaksanakan observasi, proses belajar mengajar di kelas masih bersifat teacher centered. Semua kegiatan di kelas selalu di lakukan oleh guru, siswa hanya mendengar penjelasan dari guru.

4. Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi yang peniliti lakukan di kelas VIII.A. Siswa kebanyakan diam dan mendengarkan penjelasan dari guru.
5. Guru sering menerapkan metode ceramah. Hal ini dapat di lihat saat proses belajar di kelas, guru sering menerapkan metode ceramah.

6. Rendahnya hasil belajar IPS. Rendahnya hasil belajar IPS dapat diketahui dari nilai hasil belajar siswa, berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru IPS sebelum melaksanakan penelitian dikatakan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas VIII.A rendah, tidak sampai 50 % dari jumlah siswa yang mendapat nilai bagus. Model pembelajaran kooperatif belum maksimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peniliti lakukan dapat diketahui bahwa guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional, hal ini disebabkan karena penerapan model pembelajaran menggunakan waktu yang lumayan lama dan tidak semua guru mengetahui apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang di uraikan di atas diperoleh gambaran permasalahan yang cukup luas. Namun karena keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis membatasi masalah yang akan di bahas yaitu hanya pada:

1. Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa SMP Negeri.............
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif mempengaruhi hasil belajar IPS pada siswa SMP Negeri ..................
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan hasil belajar IPS (Ekonomi) dalam konsep Permintaan dan Penawaran pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri .........melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur.
2. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur terhadap semangat dan keaktifan belajar IPS siswa kelas VIII..A SMP Negeri................

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran koopearatif tipe kepala bernomor struktur terhadap peningkatan hasil belajar IPS.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
c. Akan memperkaya khazanah dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
d. Riset ini merupakan bukti empiris tentang filsafat pendidikan konstruktivisme.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Diharapkan berani mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang mereka miliki dan juga harus meningkatkan motivasi, hasil belajar.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran di sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal.

c. Bagi Guru
Diharapkan dapat menggunakan metode yang variatif, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur dalam pembelajaran IPS, agar proses belajar mengajar menjadi menyenangkan.
d. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama menjalani kuliah.
e. Bagi para akademisi
Dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, sehingga dapat menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi para siswa.
f. Bagi peneliti lebih lanjut
Dapat memberi sumbangsih pengetahuan dan sebagai referensi dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

2.CONTOH PTK SMP KURTILAS TERBARU

BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS


A. Deskripsi Teoritis
1. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelaj aran Kooperatif
Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan lebih banyak kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan sistem belajar berkelompok”. 
Sistem pembelajaran kooperatif senantiasa mendorong siswa untuk bekerja sama dengan seluruh anggota kelompoknya sehingga terjalin suatu interaksi yang kuat dan tercipta suatu kerja sama kelompok yang efektif.ptk ips smp kelas viii kurikulum 2013

“Istilah kooperatif memiliki makna yang luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif. Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelaj ran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik”.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Menurut Slavin, “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.” Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok¬kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa.

Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak menarik perhatian kalangan pelajar. Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingka kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.

Metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dan dalam pembentukan kelompok harus berdasarkan karakteristik yang dikedepankan oleh pembelajaran kooperatif yaitu kelompok belajar yang heterogen. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Metode pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan metode pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan hasil belajar akademik siswa dan siswa dapat menerima berbagai bentuk keragaman dan keunikan dari temannya, serta berguna dalam pengembangan keterampilan sosial siswa.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, dapat meningkatkan interaksi siswa dengan siswa lainnya, meningkatkan penguasaan materi pelajaran yang dipelajari serta dapat meningkatkan motivasi siswa agar berperan aktif selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.ptk ips smp kelas viii kurikulum 2013

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Cooperative learning adalah salah satu konsep belajar yang menekankan sekali aspek kerja sama, bukan persaingan. Belajar, pada intinya adalah berinteraksi, dan saling membantu dalam memperoleh pengetahuan.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi dan model pembelajaran yang cukup berhasil jika diterapkan di kelas dan membuat siswa aktif, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa di bagi dalam kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari siswa berbagai tingkat kemampuan yang berbeda, agar mereka dapat saling bertukar ide dan bekerjasama melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi yang akan dipelajari. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok belajar ini, mendukung siswa berperan aktif sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan setiap anggota kelompok.

Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan peran serta dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Metode pembelajaran kooperatif membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih merasa akrab dengan temannya karena sistem dalam pembelajaran kooperatif membagi siswa kepada beberapa kelompok belajar guna menunjang kerja sama seluruh anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Keterlibatan langsung siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sangat besar sekali manfaatnya karena sedikit banyaknya dapat membuat siswa lebih cepat menyerap konsep yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka daya ingat siswa akan konsep yang telah diberikan guru menjadi lebih kuat dan siswa dapat menyimpan konsep tersebut dalam jangka waktu yang lama. Dengan kemudahan siswa menyerap dan lamanya daya ingat siswa terhadap konsep yang telah diberikan guru, maka kita dapat berkesimpulan lebih optimis bahwa model pembelajaran kooperatif ini dapat memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.contoh ptk ips kelas viii smp doc

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik model pembelajaran kooperatif, yaitu 
1. Pembelajaran secara tim
Tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota kelompok harus saling membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran karena kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Kelompok harus bersifat heterogen dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, dan diharapkan setiap anggota memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Dalam manajemen kooperatif harus terdapat fungsi perencanaan, fungsi organisasi dan fungsi kontrol.
3. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, sehingga setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bekerja sama.
4. Keterampilan bekerja sama
Kemauan bekerja sama harus dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga tiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok

c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
1. Lesson study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu.L esso n study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki dan menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Lesson study dapat meningkatkan cara mengajar guru di kelas dengan menggunakan model pembelajaran lesson study, guru melihat, menguji dan menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki pada saat proses belajar mengajar. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas waktu yang digunakan saat mengajar.

2. Examples non examples
Exam ples non exam ples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (KD).
Metode belajar seperti dapat meningkatkan pemahaman siswa karena disamping memberikan materi, guru langsung memberikan contoh-contoh yang berhubungan dengan materi yang di ajarkan. Sebagai contoh, pada saat materi penawaran guru langsung memberikan gambar orang yang berada di pasar. Hal ini dilakukan agar siswa lebih paham dan dapat menganalisis gambar tersebut.
3. Picture and picture

Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Metode belajar ini dengan menggunakan gambar yang berhubungan dengan materi, selain gambar guru juga bisa menggunakan potongan bagan dan menyuruh siswa menyusun dengan benar. Setelah itu guru mengkonfirmasi urutan tersebut, jika ada urutan yang salah guru memperbaikinya dan memberikan penjelasan ulang. Penggunaan metode belajar ini masih kurang dipakai di sekolah.

4. Numbered heads together
Numbered heads together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Model pembelajaran numbered heads together dapat mengaktifkan seluruh siswa karena dalam model pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk menguasai materi dan hasil diskusi yang didiskusikan. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor dan guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Jika mereka menjawab dengan benar, maka guru akan memberikan hadiah dan salah akan diberikan hukuman. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar.contoh ptk ips kelas viii smp doc

5. Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Bekerja berpasangan sangat bagus tapi jika guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik, akan menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh. Dalam pembelajaran skrip kooperatif ini diperlukan guru yang tegas agar siswa melakukan tugas dengan baik. Jika guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik, sebaiknya model pembelajaran ini tidak digunakan karena akan menyebabkan kelas kurang kondusif, jika siswa yang berpasangan tidak mendiskusikan bahan yang diberikan gur tapi malah mengobrol dengan temannya.

6. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem based instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Model pembelajaran ini tidak dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran. Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan ide-ide yang dimiliki oleh setiap siswa.

7. Explicit instruction
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.

Pembelajaran langsung hampir sama dengan pembelajaran biasa yang dilakukan oleh guru di kelas, model ini terbilang lama karena harus menyelesaikan satu persatu langkah dan semua siswa diharapkan mengerti akan materi yang telah diberikan.
8. Inside – outside – circle (lingkaran kecil – lingkaran besar)
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama, dan butuh pengelolaan kelas yang baik dari guru. Perpindahan posisi juga akan menyulitkan siswa, model pembelajaran ini bisa diterapkan dengan baik jika dilakasanakan di jenjang pendidikan yang cukup tinggi.

9. Cooperative integrated reading and composition (CIRC)
Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap wacana/ kliping.
Metode pembelajaran cooperative integrated reading and composition sering diterapkan pada mata pelajaran bahasa indonesia. Pada mata pelajaran IPS juga bisa diterapkan dengan memberikan wacana yang berhubungan dengan masalah perekonomian, situasi masyarakat sekarang dan lain-lain. Setelah guru memberikan wacana, para siswa menganalisis wacana tersebut dan menyampaikan tanggapan mereka.

10. Student facilitator and explaining
Siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Model pembelajaran ini bisa menciptakan suasana belajar yang interaktif, apabila guru membimbing dengan baik jalannya presentasi yang dilakukan oleh para siswa.
 

3.PTK IPS KELAS VIII SMP LENGKAP


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri ..........pada mata pelajaran IPS kelas VIII.A. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) bulan dimulai dari 21 April sampai 26 Mei 2015. Alasan penulis memilih tempat penelitian di sekolah tersebut sebagai berikut:
1. Lokasi sekolah tersebut dapat dijangkau dengan mudah.
2. Penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam melakukan observasi.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan April hingga bulan Mei 2015.

B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut.


Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (C la sr oom A ct ion Research), merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kegiatan belajar meningkat.
Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran”.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan meningkatkan program sekolah secara keseluruhan.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi dimana praktik kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Dalam karakteristik penelitian tindakan kelas terdapat 6 karakteristik, sebagai berikut :
a. Fokus Penelitian Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk menangani suatu problema aktual pada setting pendidikan. Dengan demikian, para peneliti penelitian tindakan mengkaji isu-isu praktis yang akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan.
b. Pendidik-Peneliti memiliki kegiatan praktis
Ketika para peneliti penelitian tindakan terlibat dalam suatu kajian, mereka merasa sendiri, bukan mengkaji praktik kegiatan orang lain. Dalam hal ini para peneliti penelitian terjun ke dalam penelitian partisipatoris dimana mereka mengalihkan pandangan pengamatan pada ruang kelas, sekolah, atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri.

c. Kolaborasi
Para peneliti penelitian tindakan berkolaborasi dengan orang lain, seringkali melibatkan ko-partisipan di dalam penelitian. Para ko-partisipan ini bisa individu didalam sekolah atau personal diluar sekolah.
d. Suatu Proses yang Dinamis
Para peneliti tindakan yang terjun kedalam suatu proses yang dinamis meliputi pengulangan kegiatan. Dalam proses penelitian, proses tersebut tidak mengikuti suatu pola linear atau suatu urutan kausal dari masalah ke tindakan.
e. Penelitian Bersama
Tidak seperti penelitian tradisional bahwa investigator melaporkan dan dipublikasikan dalam jurnal dan buku-buku, para peneliti penelitian tindakan melaporkan hasil kegiatan penelitian mereka kepada para pendidik, yang selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah demi perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan. Tujuannya adalah mengembangkan keahlian guru, dosen dalam mengajar, dan tiap metode penelitian manapun yang mereka gunakan tidak mengubah profesi dan etika pendidikan.
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat penelitian tindakan kelas yang pertama, adalah meningkatkan kerja sama antar guru dengan siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas, yang kedua adalah diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap invatif dan budaya meneliti para guru khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran dikelas, yang ketiga adalah sebagai pengumpulan informaasi tentang sistem, perilaku atau komponen kegiatan yang lengkap dan terperinci, bermanfaat dalam perbaikan kegiatan pembelajaran.
5. Model Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.1 Alur Penelitian

Sebelum pelaksanaan, penulis perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah: (1) Membuat skenario pembelajaran, (2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, (3) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.
Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Rancangan Siklus Penelitian :
1. Perencanaan
Perencanaan dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran.
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti guru melakukan tes kemampuan awal (pree test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari.

3. Observasi (Pengamatan)
Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulkan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya.contoh ptk ips kelas viii smp doc

4. Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.
5. Siklus II dan seterusnya.
6. Penulisan laporan penelitian

C. Subjek Yang Terlibat Dalam Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa SMP Negeri 2 .......Kelas VIII.A yang berjumlah 43 terdiri dari 24 siswa dan 19 siswi. Subjek penelitian ini dipilih karena kelas tersebut memiliki kemampuan akademis yang biasa-biasa saja dan berdasarkan kecocokan waktu penelitian maka 8.2 dipilih sebagai subjek penlitian.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Peneliti berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang berkolaborasi dengan teman sebaya sebagai partner untuk mengevaluas kelebihan dan kekurangn peneliti dalam proses pembelajaranKooperatif tipe K epala B ernom or Str uktur pada mata pelajaran IPS.

E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (prapenelitian) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus 1 dan siklus selanjutnya hingga mencapai indikator keberhasilan.
Adapun uraian dari tahapan-tahapan penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
a. Pengamatan Keadaan Kelas
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas VIII.A SMP Negeri........ Waktu pelaksanaan observasi yakni dua minggu sebelum melakukan tindakan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran dan siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai proses pembelajaran IPS, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPS di kelas VIII.A.
c. Analisis dan refleksi
Analisis dan refleksi dari kegiatan penelitian pendahuluan (pra penelitian) ini dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan, setelah itu direfleksikan untuk memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul sehingga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

2. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah:
a. Membuatan rencana pelaksaan pembelajaran.
b. Menyiapkan instrument (tes, lembar observasi).
c. Melakukan uji coba instrument.
2) Tahap Pelaksanaan
Tahapan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut:
Siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama:
a. Apersepsi
b. Guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif learning tipe kepala bernomor struktur pada siswa.
c. Guru menjelaskan materi secara keseluruhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur.
d. Melakukan tes awal (pretes), tujuannya adalah untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari.
e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur. Penugasan siswa berdasarkan nomor yang diperolehnya. Hasil diskusi ditulis dipresentasikan oleh siswa yang bertugas.

f. Guru memberikan penjelasan sekaligus memberikan kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa.
g. Siswa melakukan tes akhir (postes) di akhir siklus, tujuannya adalah untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang dirumuskan dalam indikator hasil belajar.
3) Tahap Observasi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah:
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur sekaligus mengamati aktivitas siswa.
b. Kolaborator menilai hasil belajar IPS siswa setelah diberikan tes awal (preetes) dan tes akhir (postes).
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Peneliti besama teman sebaya yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Hasil penelitian I dibandingkan dengan indikator keberhasilan.
3. Siklus II dan siklus selanjutnya hingga hasil penelitian mencapai indikator keberhasilan.
4. Penulisan Laporan Penelitian.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
1. Tercipta kelompok belajar yang aktif.
2. Situasi belajar yang menyenangkan.
3. Hasil belajar siswa meningkat.

G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil pre test dan post test, lembar observasi, serta hasil wawancara terhadap guru dan siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa, dan peneliti.

H. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes
Lembar tes tertulis ini berupa pre test dan post test soal-soal pada pokok bahasan yang di pelajari berbentuk pilihan ganda. Tes ini diberikan kepada siswa kelas VIII.A sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pembelajara koperatif tipe Kepala Bernomor Struktur untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan sesudah aktivitas siswa saat proses pembelajaran.

2. Nontes
a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan baik dengan siswa, maupun dengan guru setelah proses pembelajaran berakhir. Wawancara dilakukan setiap akhir siklus dalam penelitian. Pedoman wawancara dengan guru menitikberatkan pada tanggapan dan kendala-kendala yang dialami dalam penerapan rencana pembelajaran dan cara penyelesaiannya. Pedoman wawancara dengan siswa menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran, serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya.contoh ptk ips kelas viii smp doc

4.CONTOH PROPOSAL PTK SMP TERBARU PDF

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi dkk, (2019), Penelitia n Tindak a n K e las, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ghony, Djunaidi , (2018), P ene lit i a n Tind a k a n K e las, Malang: UIN Malang Press.
Hernowo, (2004), B u Slim P ak B il M embincangkan Pendidikan di M asa Depan, Bandung: Mizan Learning Center.
Ibrahim, Muslimin dkk, (2015), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA – University Press.
Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 5. No. 1. 2004. hlm. 35.
Karlina, Ina. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi M embangun P engetahuan Siswa. Artikel Pendidikan
Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulu m Tingkat Satuan Pendidikan (K TSP) dan Persiapan M enghadapi Sertifikasi G uru, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kusuma, Wijaya, (2019), P ene lit i a n Tind a k a n K e las, Jakarta: PT Indeks.
Lie, Anita.(2012). M empraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
Nasution,S, (1995), Dida k t i k A s a s-A s a s M e ng a jar , Jakarta: Bumi Aksara. Neni,Zikri Iska. (2006). Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s.
Sanjaya, Wina. (2018). Strateg i P em belaja r a n. Jakarta : Kencana Sanjaya Group. Sapriya, (2019). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Terima kasih telah berkunjung di blog kami yang membahas PTK IPS SMPKELAS VIII. Semoga PTK IPS  ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.