Selasa, 19 Januari 2021

CONTOH LENGKAP PTK SENI TARI SMP KELAS VII DOC

CONTOH LENGKAP PTK SENI TARI SMP KELAS VII DOC-Pendidikan dipandang sebagai suatu proses untuk membina dan mengantarkan peserta didik agar dapat menemukan kemandiriannya, sehingga pendidikan menjadi suatu aktivitas pendewasaan diri seseorang.Istilah pendidikan memiliki cakupan yang luas serta memiliki pengertian yang sangat bervariasi. Pendidikan diartikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di lingkungan masyarakat di mana dia berada. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses sosial di mana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, seperti sekolah, sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimal.PTK seni tari kelas 7 smp terbaru



Implementasi dalam pendidikan, peserta didik harus didorong untuk mengembangkan potensinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki kepribadian yang kuat, akhlak yang mulia, serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan yang implikasinya pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk di dalamnya kemampuan menilai, memaknai, serta menghargai suatu fenomena lingkungan baik fisik (alamiah) maupun sosial (budaya). Hal ini tertulis dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pemdidikan Nasional, pada Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel SENI TARI SMP yang diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok untuk Peningkatan  Kompetensi Peserta Didik dalam Mengapresiasi Karya Seni Tari Nusantara  Siswa Kelas VII SMPN ..Tahun Ajara 20.../20..) ". Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK SENI TARI SMP KELAS VII lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 103 SMP ).

A.DOWNLOAD PTK SENI TARI SMP TERBARU DOC


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupan sosial yang kompleks dan sangat dinamis dilakukan melalui proses transfer ilmiah. Dalam era teknologi komunikasi yang berlangsung sangat pesat dan begitu terbuka seperti sekarang ini. Intensitas komunikasi ini terbukti mampu membangun dan membentuk karakter-karakter budaya pada suatu kelompok masyarakat, bahkan merubah pola budaya masyarakat itu sendiri sehingga terjadi proses adaptasi dan adopsi antar budaya. Apabila proses ini tidak disertai dengan kemampuan menilai dan memaknai dengan benar, maka akan terjadi penyimpangan yang tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif terhadap pola perilaku peserta didik.contoh ptk seni budaya smp doc

Peran dan fungsi pendidikan tampak begitu jelas sebagai suatu proses pembentukkan karakter peserta didik, khususnya bagi kalangan anak-anak dan pemuda sebagai generasi ahli waris budaya bangsa. Dengan demikian, diperlukan suatu pendekatan dalam suatu proses pembelajaran di sekolah yang dapat membentuk pemahaman dan pengetahuan peserta didik sejalan dengan perkembangan daya nalar peserta didik yang bersangkutan. Salah satu pendekatan yang dapat mewujudkan hal itu ialah pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu penelitian tindakan (Classroom Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK dilaksanakan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang di alami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar.

Demikian halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesenian, khususnya pada lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah, terutama dalam membangun kemampuan peserta didik menilai serta memaknai kesenian-kesenian daerah di Nusantara melalui suatu proses apresiasi secara utuh. Hingga saat ini, proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah sebagian besar hanya sebatas memberikan pengetahuan secara kognitif tentang pengertian dan berbagai macam tarian Nusantara, sehingga masih jauh untuk menanamkan penjiwaan terhadap arti dan makna tarian.
Untuk dapat menjiwai suatu karya seni tari diperlukan kemampuan dalam mengapresiasinya. Sehubungan dengan hal itu, Lengkanawati, dkk. (2007:9) mengemukakan bahwa:
Manfaat apresiasi bahasa dan seni bagi para apresiator adalah agar mempunyai kesanggupan untuk mengenal dan memahami suatu karya bahasa maupun seni, sehingga pada gilirannya mampu menghargai, menikmati, dan menilai serta menjadikan apresiator ‘melek’ terhadap suatu karya seni.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam proses pembelajaran senibudaya di SMPN 1 Tanon, khususnya dalam materi pelajaran seni tari masih kurang. download ptk seni budaya smp kelas 7 doc

Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran tersebut seperti tampak pada tabel 1.1.
Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa perolehan nilai siswa yang kurang dari 6.50 tergolong cukup tinggi yaitu sebesar 5 8,9%, nilai 6.50 masih kurang yaitu sebesar 2,6%, dan yang memperoleh nilai lebih dari 6.50 tergolong masih rendah, yaitu sebanyak 3 8,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ketercapaian Kriteria Ketuntasan Materi (KKM) siswa kelas VII dalam materi pelajaran seni budaya khususnya seni tari relatif masih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan terdapat beberapa kendala, antara lain kurangnya antusias siswa dalam mengapresiasi dan kurang tepatnya model pembelajaran yang diterapkan.
Tabel 1.1
Pencapaian Rata-Rata Ketuntasan Materi (KKM)
Siswa Kelas VII SMPN 1 Tanon 
dalam Mata Pelajaran Seni Budaya
No. Rata-rata Nilai Jumlah Persentase (%)
1 6.00 159 5.9
2 6.50 7 2.6
3 7.00 30 11.1
4 7.50 36 13.3
5 8.00 38 14.1
Jumlah siswa 270 100.0
Sumber: Data nilai Harian Siswa, 2010
Berkenaan dengan kurangnya kompetensi siswa SMPN 1 Tanon dalam melakukan proses apresiasi terhadap suatu karya seni ini pada dasarnya merupakan salah satu dampak dari kurang tepatnya penerapan strategi pembelajaran seni budaya yang pada umumnya lebih cenderung menanamkan kemampuan kognitif dan praktek. Misalnya, peserta didik lebih diarahkan untuk mengetahui teori dan konsep dasar seni tari serta dapat melakukan unsur-unsur gerak tari. Sementara penanaman terhadap aspek sikap dalam memahami, menganalisis, dan memaknai karya seni tari itu.

Untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa SMPN 1 Tanon dalam materi pelajaran senibudaya, khususnya seni tari, pendidik berusaha menerapkan berbagai pendekatan, srategi, metode, dan model pembelajaran. Dengan demikian guru dituntut untuk memiliki dan menguasai kemampuan profesional serta kompetensi dasar sebagai seorang pendidik yang mencakup kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan pendidikan, kompetensi akademik/ vokasional sesuai dengan materi pembelajaran, kompetensi pengembangan profesi, serta sikap dan kepribadian yang positif yang senantiasa melekat pada setiap komponen kompetensi yang menunjang profesi.
Berkenaan dengan hal itu, Sardiman, dkk. (2004 PS-02:33) mengemukakan bahwa, “Metode/model menyangkut bagaimana langkah-langkah itu dilakukan, teknik atau taktik menyangkut dengan cara apa (the way) langkah-langkah tersebut dijalankan, dapat merupakan ‘seni dalam menyampaikan sesuatu”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran perlu diterapkan secara efektif dan efisien.

Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran mengapresiasi karya seni budaya, khususnya seni tari, perlu dilakukan melalui suatu proses pembelajaran yang kooperatif (cooperative learning) dengan menekankan pada peningkatan aspek kompetensi peserta didik selama dan selepas mengikuti proses pembelajaran tersebut.ptk sbk kurikulum 2013
Penelaahan terhadap kompetensi pembelajaran yang dewasa ini terus dikembangkan di sekolah antara lain berupa proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu tindakan inkuiri dan refleksi pembelajaran. Dalam hal ini, Komara (2009:3) mengemukakan bahwa:
Kompetensi pada dasarnya memberikan beberapa dampak positif, antara lain berupa kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan meningkat, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar, serta peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

Lebih jauh dijelaskan oleh Widoyoko (2008:4) bahwa:
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengantujuan memperbaiki mutupraktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian kegiatan ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut, dirasa perlu dilakukan suatu proses penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan fokus penelitian ditujukan pada proses pembelajaran apresiasi karya seni tari. Tema yang diambil adalah pembelajaran mengapresiasi karya seni tari Nusantara melalui model Investigasi Kelompok di SMP Pasundan 3. Atas dasar itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu pengkajian lebih dekat mengenai penerapan model pembelajaran Investigasi Kelompok melalui bentuk Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok untuk Peningkatan Kompetensi Peserta Didik dalam Mengapresiasi Karya Seni Tari Nusantara. (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII SMPN 1 ............)”.
Alasan peneliti mengambil judul ini, dikarenakan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran investigasi kelompok dalam mengapresiasi suatu karya seni tari Nusantara belum pernah ada yang meneliti sebelumnya, khususnya di Jurusan Pendidikan Seni Tari, Universitas Pendidikan Indonesia. Begitu pun dalam pembelajaran mengapresiasi suatu karya seni, khususnya di SMP Pasundan
3 Bandung, model pemelajaran Investigasi Kelompok ini belum pernah diterapkan. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan baru bagi pelaksanaan proses pembelajaran dalam bidang seni tari khususnya, dan pembelajaran pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang pemikiran yang telah diuraikan, penelitian ini ditujukan pada aspek-aspek kajian tertentu sebagai masalah yang diteliti dengan rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana desain pembelajaran yang dilakukan guru pada penerapan model pembelajaran investigasi kelompok dalam materi pembelajaran mengapresiasi tari Nusantara pada siswa kelas VII SMPN 1 ..........?
2. Bagaimana proses pelaksanakan dalam pembelajaran mengapresiasi karya seni tari Nusantara pada siswa kelas VII SMPN 1............. melalui penerapan model pembelajaran investigasi kelompok?
3. Bagaimana tingkat kompetensi siswa kelas VII SMPN 1 ........dalam mengapresiasi karya seni tari Nusantara melalui penerapan model pembelajaran investigasi kelompok?
Untuk lebih memfokuskan masalah yang diteliti sehingga tidak terlalu mengembang, maka dalam penelitian ini dibatasi pada proses apresiasi terhadap unsur-unsur tari yang terdapat dalam karya-karya seni tari Nusantara, di antaranya Tari Jaipongan (Jawa Barat), Tari Pendet (Bali), Tari Saman (Aceh).

C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah, penelitian ini diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan kualitas pembelajaran, khususnya kompetensi peserta didik dalam mengapresiasi suatu karya seni tari Nusantara dengan penerapan model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran investigasi kelompok.
2. TujuanKusus
a. Memperoleh data mengenai desain pembelajaran apresiasi karya seni tari Nusantara pada siswa kelas VII SMPN 1 ........
b. Mendeskripsikan proses pelaksanakan penerapan model pembelajaran investigasi kelompok dalam mengapresiasi karya seni tari Nusantara pada siswa kelas VII SMPN 1 ..........
c. Mendeskripsikan dan menganalsis tingkat kompetensi siswa kelas VII SMPN 1 .........dalam mengapresiasi karya seni tari Nusantara melalui penerapan model pembelajaran investigasi kelompok.

B.PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SENI TARI MELALUI MEDIA

BAB II
MODEL PEMBELAJARAN DAN
APRESIASI KARYA SENI TARI NUSANTARA


A. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
1. Pengertian Model Pempelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat diartikan juga sebagai suatu benda tiruan. Model belajar mengajar dalam pengertian kerangka konseptual sebagai pedoman dalam melakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model belajar mengajar merupakan suatu prosedur, langkah-langkah, atau tahap-tahap yang harus di tempuh dalam proses pembelajaran yang terorganisir secara sistematik dengan kegiatan belajar mengajar untuk membangun pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran adalah suatu sistem sebagai suatu proses pembelajaran peserta didik, kegiatan membelajarkan subjek belajar, tidak terlepas dari berbagai komponen yang masing-masing saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan berupa kompetensi. Menurut Sardiman, dkk. (2004:PS-02:26), komponen-komponen yang dimaksud antara lain guru, media/sumber belajar, materi, model/metode pembelajaran, evaluasi, dan yang menjadi fokus adalah subjek belajar dalam upaya mencapai kompetensinya.

Berkenaan dengan aktivitas belajar peserta didik, Sardiman, dkk. (2004-PS 02:17) mengemukakan bahwa:
…dewasa ini telah dikembangkan pembelajaran kontekstual (contextual learning) atau sering disebut dengan Contextual Teaching Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual ini merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pembelajaran dengan situasi dunia nyata…

Gambar 2.1 Skema Model Pembelajaran
Sumber: Sardiman, dkk (2004:PS-02:26)
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan mengalami apa yang dipelajarinya dengan mengacu pada masalah dunia nyata. Dalam pelaksanaannya, Joyce dan Weil (Sardiman, dkk.,2004-PS02:17-18) mengemukakan bahwa, “…ada dua kelompok pendekatan pembelajaran, antara lain pendekatan informasi dan pendekatan interaksi sosial”.
Pendekatan informasi mencakup jenis-jenis pendekatan berpikir induktif, pendekatan latihan inkuiri, pendekatan pencapaian konsep, pendekatan pengembangan intelektual, pendekatan pembelajaran bermakna, dan pendekatan memori. Sedangkan pendekatan interaksi sosial mencakup jenis-jenis pendekatan investigasi kelompok, pendekatan laboratoris, pendekatan penelitian yurisprodensi, dan pendekatan penelitian sosial.

Untuk menyelaraskan pandangan apresiatif di kalangan peserta didik terhadap seni budaya, khususnya seni tari Nusantara yang berkaitan dengan gerak tari, tokoh, fungsi penyajian tari, ciri khas, serta iringan tarinya, perlu adanya suatu bentuk pembinaan dan pembelajaran yang lebih menekankan pada proses sharing di kalangan peserta didik sebagai suatu masyarakat belajar (learning community).
Dengan demikian, terjadi suatu proses pertukaran informasi dan pandangan yang saling mengisi dan melengkapi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam mengapresiasi seni budaya manca negara tersebut. Di sinilah pendekatan pembelajaran investigasi kelompok (Group Investigation) menunjukkan peranannya.ptk seni tari smp pdf

2. Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (Sutrisno, 2002:16) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan dua sampai enam orang, dengan struktur kelompok heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik akan lebih mudah mengemukakan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar yang membedakan. Menurut Roger dan David Jhonson (Lie, 2001:30) ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok
Ada beberapa tipe pembelajaran yang termasuk kedalam pembelajaran kooperatif. Slavin (2010:143-237) membagi pembelajaran kooperatif kedalam beberapa tipe, di antaranya:
a. Student Teams Achivement Divisions (STAD), merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
b. Teams Games Tournament (TGT), secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya.

c. Jigsaw, Metode ini dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep dari pada penguasaan kemampuan.
d. Team Asisted Individualization (TAI) dan CIRC, merupakan pengkombinasian penggunaan pembelajaran kooperatif dengan praktik¬praktik lainnya dan yang langsung tertuju pada isu yang mengenai metode pembelajaran dan kontennya, termasuk juga pengaturan kelas.
e. Group Investigations (Investigasi kelompok), Suatu metode spesialisasi tugas yang paling luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas lainnya. Investigasi kelompok merupakan sebuah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari jamannya Jhon Dewey (1970), tetapi telah diperbaharui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachgel-Lazarowiz di Israel.

3. Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok.
a. Pengertian Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (Suwangsih, 2004:24) model Investigasi Kelompok merupakan salah satu model yang cocok untuk mempersatuka proyek belajar yang sesuai dengan kemahiran, analisis dan sintesis informasi agar dapat memecahkan masalah yang beranekaragam. Dalam pelaksanaanya, proyek belajar itu bersifat terbuka, dengan kata lain setiap anggota dalam kelompok dapat memberikan sumbangan pikiran dan tidak dirancang untuk memperoleh jawaban yang sifatnya konvergen.

Sudjana (1991:50) mengemukakan bahwa investigasi kelompok dikembangkan oleh Helbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan srategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Model ini lebih menekankan pengembangan pemecaham masalah dalam suasana yang demokratis di mana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik melainkan diperoleh melalui pemecahan masalah.
b. Konsep Utama Model Investigasi Kelompok
Konsep utama dari investigasi kelompok menurut Thelen (dalam Mafruroh, 2004:9) adalah penelitian atau penyelidikan (inquiry), pengetahuan (knowledge), dan dinamika kelompok belajar (dynamic of learning group).

1) Inquiry
Inkuiri merupakan cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung oleh data, fakta, dan argumentasi.
Inkuiri dibangun diatas penemuan dan merupakan penemuan. Sebab seorang siswa, yang cara belajarnya dengan inkuiri menggunakan kemampuan-kemampuan penemuannya untuk mengungkapkan suatu konsep atau prinsip.

2) Kowledge
Knowledge merupakan suatu proses yang dilakukan oleh peserta didik secara terus menerus untuk mencoba berbagai macam cara dalam melihat suatu pengalaman, kemudian menafsirkan kembali pengalaman itu dalam bentuk konsep atau prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan.
3) Dynamic of Learning Group
Dynamic of Learning Group merupakan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai suatu yang sengaja dilihat atau yang dikaji bersama yang melibatkan proses berbagai ide dan penpdapat serta tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi. Kemudian peserta didik menganalisis unsur-unsur yang diperlukan, mengorganisasikannya, melaksanakan dan melaporkan hasilnya.

c. Tahap-tahap Pelaksanaan Group Investigation
Menurut Slavin (2009:218) dalam teknik group investigations murid bekerja melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah:
Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok
1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan sarana-sarana.
2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mendiskusikan topik yang mereka pilih.
3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketrkaitan siswa dan harus bersifat heterogen
4) Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan di Pelajari
Para siswa merencanakan bersama mengenai:
1) Apa yang akan kita pelajari?
2) Bagaimana kita mempelajarinya?
3) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)
4) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan
2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya
3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan.
Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir
1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresantasikan Laporan Akhir
1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
2) Bagaimana presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secara aktif
3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6: Evaluasi
1) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenaintopik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.
2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa
3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Dengan melihat tahapan tersebut, maka pembelajaran dengan teknik investigasi kelompok berawal dari mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik ke dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi.proposal ptk seni budaya smp doc
Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka perencanaan pembelajaran kooperatif dapat dilakukan mulai dari merencanakan kegiatan non akademik, merencanakan cara mencari informasi dari berbagai sumber, merencanakan tugas belajar, menentukan sub topik, membentuk kelompok dan mengajukan pertanyaan, pencarian jawaban, mengikhtisarkan temuan-temuan mereka, menyajikan temuan-temuan mereka sampai pada evaluasi individual. Dalam mengikuti langkah¬langkah tersebut, guru dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam diskusi perencanaan secara keseluruhan, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

C.CONTOH PROPOSAL PTK SENI BUDAYA SMP PDF


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Merujuk pada masalah yang telah dirumuskan serta tujuan penelitian yang ingin dicapai, dalam penelitian ini diterapkan suatu metode penelitian berupa penelitian deskriptif dengan bentuk pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu gambaran tentang proses pembelajaran karya seni tari Nusantara melalui dua silkus perbaikan.
Clasrooms Action Research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian ”riset-tindakan-riset-tindakan-…”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah terpecahkan. (Komara, 2009: 21).

Dengan dilandasi oleh suatu pandangan bahwa setiap upaya peningkatan kemampuan meneliti yang dilakukan di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan research development dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat teoritis akademik.
Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Mutu Berbasis Sekolah (MMBS). Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an efort to internally initiate endeavors for quality improvement) dan bersifat pragmatis naturalistik.

Manajemen Mutu Berbasis Sekolah mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar jenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan di antara pihak terkait sudah sangat mendesak. Kemitraan yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitianpun hendaknya dikelola berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).

Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan dapat diaktulisasikan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) dikalangan guru-guru di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif (collaborative).

Penelitian Tindakan Kelas atau Class Action Research dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc-Tanggart, John Elliot, Dave Ebburt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaanya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan di dalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan dalam skala makro maupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsung suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata pelajaran.

Menurut Aqib (2007:13), terdapat berapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru, antara lain:
a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang ia dan muridnya lakukan.
b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehinga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun–tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
c. Dengan melaksanakan tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui satu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
d. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan. Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu ’’ber PTK’’.
Adapun tujuan PTK antara lain: (1) meningkatkan mutu, isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3) meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (suntainable); (5) meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melekukan PTK; dan (6) meningkatkan kerjasama profesional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.

Bidang kajian penelitian PTK antara lain: (a) masalah belajar siswa sekolah, temannya belajar di kelas, kesalahan pembelajaran dan miskonsepsi;
(b) desain dan strategi pembelajaran di kelas, temannya masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran dan interaksi di dalam kelas; (c) alat bantu,media dan sumber belajar, temannya masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam luar kelas; (d) sistem evaluasi, temannya evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi berbasis kompetensi; (e) masalah kurikulum, temannya masalah implementasi KBK, interaksi guru-siswa, siswa bahan ajar dan lingkungan pembelajaran.

Sedangkan output yang diharapkan di hasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan dan perbaikan (improvement and therapy), antara lain: (a) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa sekolah; (b) peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas ; (c) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas pengguna media, alat bantu belajar,dan sumber belajar lainnya; (d) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang di gunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa; (e) peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah; (f) peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan KBK dan kompetensi siswa di sekolah.

PTK merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap kelasnya. Meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah PTK berbeda dengan penelitian formal akademik pada umumnya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setidaknya memiliki lima karakteristik antara lain: (a) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (b) adanya kolaborasi dalam pelaksanaan; (c) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (d) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik intruksional; (e) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Sementara, Menurut Hopkins (1993:57-61), ada 6 (enam) prinsip dalam PTK sebagai berikut : (a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya seyogyanya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar; (b) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang di berlebihan dari guru sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran; (c) Metologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengindenfikasi serta merumuskan hipotesis yang di temukannya; (d) Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan,dan bertolak dari tanggung jawab profesional; (e) Dalam menyelenggarakan PTK,guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya; serta (f) Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan class room excerding perpsective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.ptk smp doc

Hal ini dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada diri guru dalam menunaikan misi profesional kependidikan.
Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain: (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas, dan (3) peningkatan profesional guru.
Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian”riset-tindakan-riset-tindakan, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua¬duanya merujuk pada hal yang sama.

D.PTK SENI TARI KURIKULUM 2013 SMP DOC

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
A.M., Sardiman. dkk. 2004. Teori Belajar, Pendekatan dan Pembelajaran Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial. Jakarta: Dit. PLP-Ditjen. Dikdasmen Depdiknas .
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Dewey, Jhon. 2004. Model’s Of Teaching 2.nd Edition. New Terse: Prence Hall Inc.
Hidajat, Robby. 2006. Seni Tari, Malang : Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Jhonson, D. W., and Roger. 1991. Active Learning: Coorporation in the classroom. Edina, MN: Internasional Book Company.
Komara, E. 2009. Peran Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru. Suara Daerah No. 459 Tahun 2009.
Lengkanawati, dkk. 2007. Apresiasi Bahasa dan Seni. Bandung: Basen Press.
Mutakin, Awan. 2006. Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 1991. Model Pembelajaran. Bandung: Angkasa.
Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Reset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sulastianto, Harry, dkk. 2008. Seni Budaya untuk kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sugiono, 1997. Metodologi Penelitian. Bandung: Alpabeta.
Sulistyono, T. 2003. Modul Umum Wawasan Pendidikan. Modul Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama DEPDIKNAS.
Triatmodjo, Misriadi. 1999. Internship: Model Strategi Alternatif Pengembangan Tenaga Akademik Perguruan Tinggi (Studidi PAU Biologi ITB). Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.
Resni. 2009. Macam Metode dan Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http//resni.studen.fkip.uns.ac.id/2009/1 1/21 /macam-metode-dan-model-pembelajaran/. 4 April 2010.
Sunendar, T. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Part II). [Online]. Tersedia:http//www.wordpress.com/2008/03/2 1 /penelitian-tindakan-kelas-partII/. 5 Mei 2010.
Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional Tahun. Jakarta: Depdiknas.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Widoyoko. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangn Profesi Guru. Winardi. 1979. Pengantar Metodologi Research. Bandung: Alumni.

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK SBK SMP  TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.